- Back to Home »
- Artikel »
- Keunikan Matematika bag. 4
Posted by : Unknown
Sabtu, 21 April 2012
Al Qur’an Didisain Berdasarkan Bilangan 19
Dalam kaitannya dengan pertanyaan
yang bersifat matematis yang hanya memiliki satu jawaban pasti, maka jika ada
beberapa ahli matematika, yang menjawab di waktu dan tempat yang berbeda dan
dengan menggunakan metode yang berbeda, maka tentunya akan memperoleh jawaban
yang sama. Dengan kata lain, pembuktian secara matematis tidak dipengaruhi oleh
ruang dan waktu. Perlu diketahui bahwa dari seluruh kitab suci yang ada di
dunia ini, Al Qur’an merupakan satu-satunya kitab suci yang seluruhnya ditulis
dalam bahasa aslinya. Berkaitan dengan pembuktian, kebenaran Al Qur’an sebagai
wahyu Allah yang sering dikatakan oleh orang barat sebagai ciptaan Muhammad,
dapat dibuktikan secara matematis bahwa Al Qur’an tidak mungkin diciptakan oleh
Muhammad. Adalah seorang ahli biokimia berkebangsaan Amerika keturunan
Mesir dan seorang ilmuan muslim, Dr. Rashad Khalifa yang pertama kali menemukan
sistem matematika pada desain Al Qur’an.
Dia memulai meneliti komposisi
matematik dari Al Quran pada 1968, dan memasukkan Al Qur’an ke dalam sistem
komputer pada 1969 dan 1970, yang diteruskan dengan menerjemahkan Al Qur’an ke
dalam bahasa Inggris pada awal 70-an. Dia tertantang untuk memperoleh jawaban
untuk menjelaskan tentang inisial pada beberapa surat dalam Al Qur’an (seperti
Alif Lam Mim) yang sering diberi penjelasan hanya dengan “hanya Allah yang
mengetahui maknanya”. Dengan tantangan ini, dia memulai riset secara
mendalam pada inisial-inisial tersebut setelah memasukkan teks Al Qur’an ke
dalam sistem komputer, dengan tujuan utama mencari pola matematis yang mungkin
akan menjelaskan pentingnya inisial-inisial tersebut. Setelah beberapa
tahun melakukan riset, Dr. Khalifa mempublikasikan temuan-temuan pertamanya
dalam sebuah buku berjudul “MIRACLE OF THE QURAN: Significance of the Mysterious
Aphabets” pada Oktober 1973 bertepatan dengan Ramadan 1393. Pada buku
tersebut hanya melaporkan bahwa inisial-inisial yang ada pada beberapa surat
pada Al Qur’an memiliki jumlah huruf terbanyak (proporsi tertinggi) pada
masing-masing suratnya, dibandingkan huruf-huruf lain. Misalnya, Surat “Qaaf”
(S No. 50) yang dimulai dengan inisial “Qaaf” mengandung huruf “Qaaf” dengan
jumlah terbanyak. Surat “Shaad” (QS No. 38) yang memiliki inisial “Shaad”,
mengandung huruf “Shaad” dengan proporsi terbesar. Fenomena ini benar untuk
semua surat yang berinisial, kecuali Surat Yaa Siin (No. 36), yang menunjukkan
kebalikannya yaitu huruf “Yaa” dan “Siin” memiliki proporsi terendah.
Berdasarkan temuan tersebut, pada awalnya dia hanya berfikir sampai sebatas
temuan tersebut mengenai inisial pada Al Qur’an, tanpa menghubungkan frekuensi
munculnya huruf-huruf yang ada pada inisial surat dengan sebuah bilangan
pembagi secara umum (common denominator). Akhirnya, pada Januari
1974 (bertepatan dengan Zul-Hijjah 1393), dia menemukan bahwa bilangan 19
sebagai bilangan pembagi secara umum dalam insial-inisial tersebut dan seluruh
penulisan dalam Al Qur’an, sekaligus sebagai kode rahasia Al Qur’an.
Temuan ini sungguh menakjubkan karena seluruh teks dalam Al Qur’an tersusun
secara matematis dengan begitu canggihnya yang didasarkan pada bilangan 19 pada
setiap elemen sebagai bilangan pembagi secara umum. Sistem matematis tersebut
memiliki tingkat kompleksitas yang bervariasi dari yang sangat sederhana (bisa
dihitung secara manual) sampai dengan yang sangat kompleks yang harus
memerlukan bantuan program komputer untuk membuktikan apakah kelipatan 19.
Jadi, sistem matematika yang didasarkan bilangan 19 yang melekat pada Al Quran
dapat diapresiasi bukan hanya oleh orang yang memiliki kepandaian komputer dan
matematika tingkat tinggi, tetapi juga oleh orang yang hanya dapat melakukan penghitungan
secara sederhana.
Selain 19 sebagai kode rahasia Al
Qur’an itu sendiri, peristiwa ditemukannya bilangan 19 sebagai “miracle” dari
Al Qur’an juga dapat dihubungkan dengan bilangan 19 sebagai kehendak Allah.
Disebutkan di atas bahwa kode rahasia tersebut ditemukan pada tahun 1393
Hijriah. Al Qur’an diturunkan pertama kali pada 13 tahun sebelum Hijriah
(hijrah Nabi). Jadi keajaiban Al Qur’an ini ditemukan 1393+13=1406 tahun (dalam
hitungan hijriah) setelah Al Qur’an diturunkan, yang bertepatan dengan tahun
1974 M.
1406 = 19 x 74. Tahun Masehi adalah 1974
Dan Surah 74 adalah surat dimana 19 disebutkan dalam
Al Qur’an
Surah 74 adalah Surah Al Muddatsir
yang berarti orang yang berkemul (Al Quran dan Terjemahnya, Depag) dan juga
dapat berarti rahasia yang tesembunyi, yang memang mengandung rahasia Allah
mengenai keajaiban Al Qur’an. Dalam Surah 74 ayat 30-36 dinyatakan:
(74:30) Di
atasnya adalah 19.
(74:31) Dan tiada Kami jadikan
penjaga neraka melainkan dari malaikat; dan tidaklah Kami jadikan
bilangan mereka itu (19) melainkan untuk:
-
cobaan/ujian/tes
bagi orang-orang kafir,
-
meyakinkan
orang-orang yang diberi Al Kitab (Nasrani dan Yahudi),
-
memperkuat
(menambah)keyakinan orang yang beriman,
-
menghilangkan
keragu-raguan pada orang-orang yang diberi Al kitab dan juga orang-orang yang
beriman, dan
-
menunjukkan
mereka yang ada dalam hatinya menyimpan keragu-raguan; dan orang-orang kafir
mengatakan: “Apakah yang dikehendaki Allah dengan perumpamaan ini?” Demikianlah
Allah membiarkan sesat orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk
kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan tidak ada yang mengetahui tentara
Tuhanmu melainkan Dia. Dan ini tiada lain hanyalah sebuah peringatan bagi
manusia.
(74:32)
Sungguh, demi bulan.
(74:33) Dan
malam ketika berlalu.
(74:34) Dan
pagi (subuh) ketika mulai terang.
(74:35)
Sesungguhnya ini (bilangan ini) adalah salah satu dari keajaiban yang besar.
(74:36)
Sebagai peringatan bagi umat manusia.
Sebagian besar ahli tafsir menafsirkan 19 sebagai
jumlah malaikat. Menurut Dr. Rashad Khalifa, menafsirkan bilangan 19 sebagai
jumlah malaikat adalah tidak tepat karena bagaimana mungkin jumlah malaikat
dapat dijadikan untuk ujian/tes bagi orang-orang kafir, untuk meyakinkan
orang-orang nasrani dan yahudi, untuk meningkatkan keimanan orang yang telah
beriman dan juga untuk menghilangkan keragu-raguan. Jadi, tepatnya bilangan 19
ini merupakan keajaiban yang besar dari Al Qur’an sesuai ayat 35 di atas,
menurut terjemahan Dr. Rashad Khalifa (dan juga terjemahan beberapa penterjemah
lain). Jadi pada ayat 35 kata “innahaa” merujuk pada kata “’iddatun”
pada ayat 31.
Mengapa 19?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut,
perlu dijelaskan tentang sistem bilangan. Kita pasti mengenal betul sistem
bilangan Romawi yang masih sangat dikenal pada saat ini, seperti I=1, V=5,
X=10, L=50, C=100, D=500 dan M=1000. Seperti halnya pada sistem bilangan
Romawi, sistem bilangan juga dikenal pada huruf-huruf arab. Bilangan yang
ditandai pada setiap huruf dikenal sebagai “nilai numerik (numerical value
atau gematrical value)”.
Setelah mengetahui nilai dari setiap
huruf arab tersebut, kita dapat menjawab mengapa 19 dipakai sebagai kode
rahasia Allah dalam Al Qur’an, dan sekaligus dapat digunakan untuk mengungkap
keajaiban Al Qur’an. Berikut beberapa hal yang dapat digunakan untuk
menjelaskan mengapa 19.
* 19
merupakan nilai numerik dari kata “Waahid” dalam bahasa arab yang artinya
‘esa/satu’ (lihat Tabel 2) Tabel 2. Nilai numerik dari kata “waahid”
* 19 merupakan bilangan positif pertama dan
terakhir (1 dan 9), yang dapat diartikan sebagai Yang Pertama dan Yang Terakhir
seperti yang dikatakan Allah, misalnya, pada QS 57 ayat 3 sebagai berikut: “Dialah
Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zhahir dan Yang Bathin, dan Dia Maha Mengetahui
segala sesuatu” (QS 57:3). Kata “waahid” dalam Qur’an
disebutkan sebanyak 25 kali, dimana 6 diantaranya tidak merujuk pada Allah
(seperti salah satu jenis makanan, pintu, dsb). Sisanya 19 kali merujuk pada
Allah. Total jumlah dari (nomor surat + jumlah ayat pada masing-masing surat)
dimana 19 kata “waahid” yang merujuk pada Allah adalah 361 = 19 x 19. Jadi 19
melambangkan keesaan Allah (Tuhan Yang Esa).
* Pilar
agama Islam yang pertama juga dikodekan dengan 19
“La – Ilaha – Illa – Allah”
Nilai-nilai
numerik dari setiap huruf arab pada kalimah syahadat di atas adalah dapat
ditulis sebagai berikut
“30 1 – 1 30 5 – 1 30 1 – 1 30 30 5”
Jika susunan
angka tersebut ditulis menjadi sebuah bilangan, diperoleh =
30113051301130305 = 19 x … atau merupakan bilangan yang mempunyai
kelipatan 19. Jadi jelaslah bahwa 19 merujuk kepada keesaan Allah
sebagai satu-satunya dzat yang wajib disembah.
Beberapa Contoh Bukti-bukti yang Sangat Sederhana
tentang Kode 19
Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya bahwa desain Al Qur’an yang didasarkan bilangan 19 ini, dapat
dibuktikan dari penghitungan yang sangat sederhana sampai dengan yang sangat
komplek. Berikut ini hanya sebagian kecil dari keajaiban Al Quran (sistim 19)
yang dapat ditulis dalam artikel singkat ini. Fakta-fakta yang sangat
sederhana:
(1) Kalimat
Basmalah pada (QS 1:1) terdiri dari 19 huruf arab.
(2) QS 1:1
tersebut diturunkan kepada Muhammad setelah Surat 74 ayat 30 yang artinya
“Di atasnya adalah 19”.
(3) Al
Qur’an terdiri dari 114 surah, 19×6.
(4) Ayat
pertama turun (QS 96:1) terdiri dari 19 huruf.
(5) Surah 96
(Al Alaq) ditempatkan pada 19 terakhir dari 114 surah (dihitung mundur dari
surah 114), dan terdiri dari 19 ayat
(6) Surat
terakhir yang turun kepada Nabi Muhammad adalah Surah An-Nashr atau Surah 110
yang terdiri dari 3 ayat. Surah terakhir yang turun terdiri dari 19 kata dan
ayat pertama terdiri dari 19 huruf.
(7) Kalimat
Basmalah berjumlah 114 (19×6). Meskipun pada Surah 9 (At Taubah) tidak ada
Basmalah pada permulaan surah sehingga jumlah Basmalah kalau dilihat pada awal
surah kelihatan hanya 113, tetapi pada Surah 27 ayat 30 terdapat ekstra
Basmalah (dan juga 27+30=57, atau 19 x 3). Dengan demikian jumlah Basmalah
tetap 114.
(8) Jika
dihitung jumlah surah dari surah At Taubah (QS 9) yang tidak memiliki Basmalah
sampai dengan Surah yang memuat 2 Basmalah yaitu S 27, ditemukan 19
surah. Dan total jumlah nomor surah dari Surah 9 sampai Surah 27
diperoleh (9+10+11+…+26+27=342) atau 19×18. Total jumlah ini (342) sama dengan
jumlah kata antara dua kalimat basmalah dalam Surat 27.
(9)
Berkaitan dengan inisial surah, misalnya ada dua Surah yang diawali dengan
inisial “Qaaf” yaitu Surah 42 yang memiliki 53 ayat dan Surah 50 yang terdiri
dari 45 ayat. Jumlah huruf “Qaaf” pada masing-masing dua surat tersebut adalah
57 atau 19 x 3. Jika kita tambahkan nomor surah dan jumlah ayatnya diperoleh
masing-masing adalah (42+53=95, atau 19 x 5) dan (50+45=95, atau 19 x 5). Selanjutnya
initial “Shaad” mengawali tiga surah yang berbeda yaitu Surah 7, 19, dan 38.
Total jumlah huruf “Shaad” di ketiga surah tersebut adalah 152, atau 19 x 8.
Hal yang sama berlaku untuk inisial yang lain.
(10)
Frekuensi munculnya empat kata pada kalimat Basmalah dalam Al Qur’an pada
ayat-ayat yang bernomor merupakan kelipatan 19 (lihat Tabel
3)
Tabel 3:
Empat kata dalam Basmalah dan frekuensi penyebutan dalam ayat-ayat yang
bernomor dalam Al
Quran
No.
Kata
Frekuensi muncul
1
Ism
19
2
Allah
2698 (19×142)
3
Al-Rahman
57
(19×3)
4
Al-Rahiim
114 (19×6)
(11) Ada 14
huruf arab yang berbeda yang membentuk 14 set inisial pada beberapa surah dalam
Al Qur’an, dan ada 29 surah yang diawali dengan inisial (seperti
Alif-Lam-Mim). Jumlah dari angka-angka tersebut diperoleh 14+14+29=57, atau
19×3.
(12) Antara
surah pertama yang berinisial (Surah 2 atau Surah Al Baqarah) dan surah
terakhir yang berinisial (Surah 68), terdapat 38 surah yang tidak diawali
dengan inisial, 38=19×2.
(13)
Al-Faatihah adalah surah pertama dalam Al-Quran, No.1, dan terdiri dri 7 ayat,
sebagai surah pembuka (kunci) bagi kita dalam berhubungan dengan Allah dalam
shalat. Jika kita tuliskan secara berurutan Nomor surah (No. 1) diikuti dengan
nomor setiap ayat dalam surah tersebut, kita dapatkan bilangan: 11234567.
Bilangan ini merupakan kelipatan 19. Hal ini menunjukkan bahwa kita membaca Al
Faatihah adalah dalam rangka menyembah dan meng-Esakan
Allah.
Selanjutnya,
jika kita tuliskan sebuah bilangan yang dibentuk dari nomor surah (1) diikuti
dengan bilangan-bilangan yang menunjukkan jumlah huruf pada setiap ayat (lihat
Tabel 4), diperoleh bilangan : 119171211191843 yang juga merupakan kelipatan
19.
Tabel 4:
Jumlah huruf pada setiap ayat dalam Surah Al Faatihah
(14)
Ketika kita membaca Surah Al-Fatihah (dalam bahasa arab), maka bibir atas dan
bawah akan saling bersentuhan tepat 19 kali. Kedua bibir kita akan bersentuhan
ketika mengucapkan kata yang mengandung huruf “B atau Ba’” dan huruf “M atau Mim”.
Ada 4 huruf Ba’ dan 15 huruf Mim. Nilai numerik dari 4 huruf Ba’ adalah 4×2=8,
dan nilai numerik dari 15 huruf Mim adalah 15×40=600. Total nilai numerik dari
4 huruf Ba’ dan 15 huruf Mim adalah 608=19×32 (lihat Tabel 5).
Tabel 5. Kata-kata dalam Surah Al-Fatihah yang
mengandung huruf Ba’ dan Mim beserta nilai numeriknya
Kejadian Di Alam Semesta yang Terkait dengan Bilangan
19
Beberapa
kejadian lain di alam ini dan juga dalam kehidupan kita sehari-hari yang
mengacu pada bilangan 19 adalah:
· Telah dibuktikan bahwa bumi,
matahari dan bulan berada pada posisi yang relatif sama setiap 19 tahun
· Komet Halley mengunjungi sistim tata
surya kita sekali setiap 76 tahun (19×4).
· Fakta bahwa tubuh manusia memiliki
209 tulang atau 19×11.
· Langman’s medical
embryology, oleh T. W. Sadler yang merupakan buku teks di sekolah kedokteran di
Amerika Serikat diperoleh pernyataan “secara umum lamanya kehamilan penuh
adalah 280 hari atau 40 minggu setelah haid terakhir, atau lebih tepatnya 266
hari atau 38 minggu setelah terjadinya pembuahan”. Angka 266 dan 38
kedua-duanya adalah kelipatan dari 19 atau 19×14 dan 19×2.
Lima Pilar Islam (Rukun Islam) dan Sistem 19
Islam adalah agama yang dibawa oleh
seluruh nabi sejak Nabi Ibrahim sebagai the founding father of Islam
(misalnya lihat QS 2:67, 130-136; QS 5:44, 111; QS 3:52).Pesan utama yang
disampaikan oleh seluruh Nabi sejak Nabi Ibrahim sampai Nabi Muhammad adalah sama
yaitu menyembah Allah yang Esa, Shalat, Puasa, Zakat dan Haji. Allah
menyempurnakan Islam melalui Nabi Muhammad. Jadi praktek shalat, zakat, puasa
dan haji telah dilakukan dan diajarkan oleh Nabi-nabi sejak Nabi Ibrahim. Dari
kelima pilar agama Islam, dapat ditunjukkan bahwa semua berkaitan dengan sistim
bilangan 19 (kelipatan 19).
· Syahadat
Telah dibahas di atas bahwa pilar pertama agama Islam
“Laa Ilaaha Illa Allah” didisain berdasarkan bilangan 19.
· Shalat
Kata “shalawat” yang merupakan bentuk jamak
dari kata “shalat“ muncul di Al Qur’an sebanyak 5 kali. Ini
menunjukkan bahwa perintah Allah untuk melaksanakan shalat 5 kali sehari
dikodekan di Al Qur’an. Selanjutnya jumlah rakaat dalam shalat dikodekan
dengan bilangan 19. Jumlah rakaat pada shalat subuh, zuhur, ashar, maghrib dan
isya masing-masing adalah 2,4,4,3, dan 4 rakaat. Jika jumlah rakaat tersebut
disusun menjadi sebuah angka 24434 merupakan bilangan kelipatan 19 atau (24434
= 19×1286). Digit 1286 kalau dijumlahkan akan didapat angka 17 (1+2+8+6) yang
merupakan jumlah rakaat shalat dalam sehari. Untuk hari Jum’at jumlah rakaat
Shalat adalah 15, karena Shalat Jum’at hanya 2 rakaat. Ini juga dapat dikaitkan
dengan bilangan 19 (kelipatan 19). Jika kita buat hari Jum’at sebagai hari
terakhir, maka jumlah rakaat shalat mulai hari Sabtu sampai Jum’at dapat
ditulis secara berurutan sebagai berikut: 17 17 17 17 17 17 15. Jika urutan
bilangan tersebut kita jadikan menjadi satu bilangan 17171717171715, maka
bilangan tersebut merupakan bilangan dengan kelipatan 19 atau (19 x
903774587985). Jadi pada intinya shalat itu menyembah Tuhan yang Satu (ingat:
19 adalah total nilai numerik dari kata ‘waahid’). Surah Al-Fatihah yang dibaca
dalam setiap rakaat dalam Shalat seperti dibahas sebelumnya juga mengacu pada
bilangan 19. Selanjutnya, kata “Shalat’ dalam Al Qur’an disebutkan sebanyak 67
kali. Jika kita jumlahkan nomor surat-surat dan nomor ayat-ayat dimana ke 67
kata “Shalat” disebutkan, diperoleh total 4674 atau 19×246.
· Puasa
Perintah
puasa dalam Al Qur’an disebutkan pada ayat-ayat berikut:
- 2:183,
184, 185, 187, 196;
- 4:92;
5:89, 95;
- 33:35, 35;
dan
- 58:4.
Total jumlah
bilangan tersebut adalah 1387, atau 19×73. Perlu diketahui bahwa QS 33:35
menyebutkan kata puasa dua kali, satu untuk orang laki-laki beriman dan satunya
lagi untuk wanita beriman.
· Kewajiban
Zakat dan Menunaikan Haji ke Mekkah
Sementara
tiga pilar pertama diwajibkan kepada semua orang Islam laki-laki dan perempuan,
Zakat dan Haji hanya diwajibkan kepada mereka yang mampu. Hal ini menjelaskan
fenomena matematika yang menarik yang berkaitan dengan Zakat dan Haji.
Zakat disebutkan dalam Al Qur’an pada ayat-ayat berikut:
Penjumlahan
angka-angka tersebut diperoleh 2395. Total jumlah ini jika dibagi dengan 19
diperoleh sisa 1 (bilangan tersebut tidak kelipatan 19).
Haji disebutkan dalam Al Qur’an pada
ayat-ayat
-
2:189, 196,
197;
-
9:3; dan
-
22:27.
Total
penjumlahan angka-angka tersebut diperoleh 645, dan angka ini tidak kelipatan
19 karena jika angka tersebut dibagi 19 kurang 1.
Kemudian
jika dari kata Zakat dan Haji digabungkan diperoleh nilai total 2395+645
= 3040 = 19x160.
Penutup
Secara umum disimpulkan bahwa Al
Qur’an didisain secara matematis. Apa yang dibahas di atas hanyalah sebagian
kecil dari ribuan bukti tentang desain matematis dari Al Qur’an dan khususnya
tentang bilangan dasar 19 sebagai desain Al Qur’an yang dapat disajikan pada
tulisan ini. Selain itu, tulisan ini hanya memfokuskan pada contoh-contoh yang
sangat sederhana, sementara untuk contoh-contoh yang sangat kompleks tidak
disajikan di sini karena mungkin akan sulit dipahami oleh orang yang tidak
memiliki latar belakang atau kurang memahami matematika. Bilangan 19 yang juga
berarti Allah yang Esa, dan juga berarti tidak ada Tuhan melainkan Dia, dapat
dikatakan sebagai “Tanda tangan Allah” di alam semesta ini. Hal ini sesuai
dengan salah satu firman Allah yang menyatakan bahwa seluruh alam ini tunduk
dan sujud kepada Allah dan mengakui keesaan Allah. Hanya orang-orang kafir lah
yang tidak mau sujud dan mengakui keesaan Allah. Allah dalam menciptakan Al
Qur’an dan alam semesta ini telah melakukan perhirtungan secara detail, seperti
firman Allah yang berbunyi: “dan Allah menghitung segala sesuatunya
satu per satu (secara detail)” (QS 72:28). Jumlahkan angka-angka pada
nomor surah dan ayat tersebut !!!!!! Anda memperoleh angka 19
(7+2+2+8=19). Dari uraian di atas khususnya mengenai lima pilar Islam
diperoleh kesimpulan yang sangat tegas bahwa pemeluk Islam adalah orang-orang
yang pasrah dan tunduk menyembah dan mengakui keesaan Allah seperti yang
ditunjukkan bahwa kelima pilar Islam tersebut berkaitan dengan sistim bilangan
19 (nilai numerik dari kata “waahid” atau Esa). Hal ini juga sesuai dengan
Islam sendiri yang yang secara harfiah dapat berarti pasrah/tunduk.
Hal lain yang dapat diambil sebagai pelajaran dari sistim bilangan 19
sebagai disain Al Qur’an adalah terpecahkannya “unsolved problem”
mengenai perdebatan di antara para ulama terhadap status “Basmalah” pada Surah
Al-Faatihah apakah termasuk salah satu ayat dalam surah tersebut atau tidak.
Dengan ditemukannya bilangan 19 sebagai disain Al Qur’an, bukti-bukti matematis
pada tulisan ini telah membuktikan bahwa lafal “Basmalah” termasuk dalam salah
satu ayat Surah Al-Fatihah. Sebagai penutup, semoga tulisan ini
dapat menambah keimanan bagi orang-orang yang beriman, menjadi tes/ujian bagi
mereka yang belum beriman, dan menghilangkan keragu-raguan bagi mereka yang
hatinya dihinggapi keragu-raguan akan kebenaran Al Qur’an. Allah akan
membiarkan sesat orang-orang yang dikehendakiNya dan memberi petunjuk kepada
siapa yang dikehendakiNya (QS 74:31).
Catatan:
Untuk memverifikasi “keajaiban matematis” dari Al
Qur’an anda perlu menggunakan Al Qur’an yang dicetak menurut versi cetak Arab
Saudi atau Timur Tengah pada umumnya. Mengapa? Hasil penelitian yang saya
lakukan, terdapat banyak perbedaan antara Qur’an versi cetak Indonesia pada
umumnya dan Qur’an versi cetak Arab Saudi (kebetulan saya memegang Qur’an versi
cetak Arab Saudi), meskipun perbedaan tersebut tidak berpengaruh pada
makna/arti. Perbedaan tersebut hanya pada cara menuliskan beberapa kata.
Meskipun demikian, jika mengacu pada “Keajaiban Matematis” dari Al Qur’an,
Qur’an versi cetak Indonesia pada umumnya (yang disusun oleh orang Indonesia)
menyalahi aturan yang aslinya sehingga keajaiban matematis tidak muncul. Saya
hanya memberikan 2 contoh kata saja dari sekian kata yang berbeda penulisannya
yaitu kata “shirootho” dan “insaana”. Menurut versi cetak Arab Saudi, tidak ada
huruf “ALIF” antara huruf “RO’” dan “THO” pada kata “SHIROOTHO” (lihat di Surat
Al Fatihah) dan antara huruf “SIN” dan “NUN”pada kata “INSAANA”, tetapi menurut
versi cetak Indonesia pada umumnya terdapat huruf ALIF pada kedua kata
tersebut. Pada versi cetak Arab Saudi, untuk menunjukkan bacaan panjang pada
bunyi ROO dan SAA pada kata SHIROOTHO dan INSAANA, digunakan tanda “fathah
tegak”. Saya paham, maksud orang menambahkan ALIF pada kedua kata tersebut agar
lebih memudahkan bagi pembacanya, tetapi ternyata menyimpang dari aslinya. Maka
dari itu anda menemukan jumlah huruf yang lebih banyak pada Surat Al Fatihah
ayat 6 dan 7 dari yang saya tuliskan. Sebagai tambahan, salah satu ciri Qur’an
versi cetak Indonesia pada umumnya adalah Surat Al Fatihah terletak pada
HALAMAN 2, sementara versi cetak Arab Saudi, Fatihah berada pada HALAMAN 1.
Mengenai jumlah kata, kata harus didefinisikan sebagai susunan dari beberapa huruf (dua hrurf atau lebih), sehingga anda harus memperlakukan “WA atau WAU” sebagai huruf meskipun bisa diartikan dengan kata “DAN” dalam bahasa Indonesia. Perlakuan “WA” (misalnya pada kata “WATAWAA”) sebenarnya bisa disamakan dengan “BI” (pada kata BISMI), karena kebetulan BI bisa gandeng dengan kata berikutnya, sementara WA tidak bisa ditulis gandeng dengan kata yang mengikutinya. Jadi jangan hitung “WA” sebagai kata, tetapi sebagai huruf.
Mengenai jumlah kata, kata harus didefinisikan sebagai susunan dari beberapa huruf (dua hrurf atau lebih), sehingga anda harus memperlakukan “WA atau WAU” sebagai huruf meskipun bisa diartikan dengan kata “DAN” dalam bahasa Indonesia. Perlakuan “WA” (misalnya pada kata “WATAWAA”) sebenarnya bisa disamakan dengan “BI” (pada kata BISMI), karena kebetulan BI bisa gandeng dengan kata berikutnya, sementara WA tidak bisa ditulis gandeng dengan kata yang mengikutinya. Jadi jangan hitung “WA” sebagai kata, tetapi sebagai huruf.
Posted By
Rizhaku